Mengkaji mengenai sejarah keramik akan memerlukan waktu yang cukup panjang, karena keramik memiliki sejarah yang dapat di jajaki dari jutaan tahun lalu. Selama lebih dari satu milenium, kerajinan bermaterial tanah liat ini telah menjadi bukti teknologi bahwa tingkat ketahanannya mampu menjelajah waktu hingga bentuk dan peradabannya masih dapat kita saksikan dalam gelaran pameran museum saat ini.
Gerabah atau tembikar di perkirakan tercipta dan mulai berevolusi pada masa menetap dan ketika di temukannya api. Dengan menggunakan keterampilan manual, masyarakat tempo dulu menggunakan jarinya dan memasukkannya untuk membuat lubang dari bola-bola tanah dan terciptalah pot cubit atau pinch pot.
Gambar 1. Pinch Pot (Sumber: thepotterywheel.com)
Tembikar sepanjang zaman. Pada mulanya masyarakat tempo dulu menggunakan tanah liat sebagai peralatan maupun perlengkapan yang memudahkan dalam men memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Mereka menggunakan kerajinan gerabah dan tembikar sebagai alat masak yang dapat merebus makanan nabati maupun umbi-umbian, tak hanya itu, kerajinan tembikar atau gerabah ini juga digunakan sebagai acara ritual nenek moyang maupun sebagai keperluan dekoratif sebagai unsur penunjang keindahan, karena sejatinya makhluk menyukai keindahan.
Tanah liat atau keramik merupakan bahan yang telah digunakan sebagai pembuat peralatan makan, acara ritual maupun hiasan atau cinderamata sejak masa lampau. Nenek moyang kita telah menurunkan kemampuan dalam membuat berbagai macam peralatan menggunakan bahan dari tanah liat ini. Kemampuan yang telah diturunkan masih terjaga dan di lestarikan di Sumatera Barat sendiri, khususnya di kenagarian tercinta, Nagari Andaleh Jorong Galo Gandang.
Gambar 3. Kerajinan Gerabah Andaleh (Sumber: Dokumen Pribadi)
Perkembangan Bisnis
Jorong Galo Gandang menjadi pusat daerah pembuatan kerajinan tradisional tembikar atau gerabah. Kerajinan gerabah atau tembikar andaleh ini telah ada puluhan tahun lalu dan masih eksis hingga sekarang, walaupun menghadapi beberapa permasalahan akibat kurangnya minat untuk melanjutkan bisnis dan berhentinya produksi, ataupun adanya pengrajin yang beralih profesi. Sehingga saat ini hanya terdapat beberapa keluarga yang masih meneruskan dan melestarikan kerajinan tradisional tembikar atau gerabah ini.
Proses produksi
kerajinan gerabah ini menggunakan tenaga tradisional non mesin, para
pengrajin membuat gerabah dengan tangan karena usaha masih bersekala mikro dan
kecil sehingga masih di produksi dengan skala industri rumahan.
Perkembangan bisnis dari kerajinan
gerabah ini perlu di perluas pemasarannya, agar semakin banyak yang mengenal
kerajinan ini, tidak hanya didalam tapi juga luar daerah Provinsi Sumbar.
0 Komentar